Selasa, 03 Maret 2015

gaya hidup


2.1  Pengertian Gaya Hidup
Istilah gaya hidup pada asalnya dicipta oleh ahli psikologi Austria, Alfred Adler, pada 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana difahami pada hari ini, mula digunakan sejak 1961.
Dalam bidang sosiologi, gaya hidup ialah cara bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup ialah kumpulan ciri tingkah laku yang bererti kepada kedua-dua orang-orang lain dan diri sendiri dalam sesuatu masa dan tempat, termasuk hubungan sosial, penggunaan, hiburan, dan pakaian. Tingkah laku dan amalan dalam gaya hidup merupakan campuran tabiat, cara lazim membuat sesuatu, serta tindakan berdasarkan logik. Gaya hidup biasanya membayangkan sikap, nilai, dan pandangan dunia seseorang.  Menurut Justera, gaya hidup ialah cara untuk memupuk konsep diri serta mencipta simbol kebudayaan yang menggemakan identitas  peribadi. Namun bukan semua aspek gaya hidup bersifat sukarela pada sepenuhnya. Sistem-sistem sosial dan teknikal di sekeliling dapat menyekat pilihan gaya hidup serta simbol yang dapat digunakan untuk menonjolkan gaya hidup kepada orang-orang lain dan diri sendiri.
Sempadan antara identiatas  peribadi dengan perbuatan sehari-hari yang menandakan sesuatu gaya hidup semakin kabur dalam masyarakat modern.Misalnya, "gaya hidup hijau" bermakna memegang kepercayaan dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menggunakan kurang sumber serta menghasilkan kurang sisa yang berbahaya (iaitu jejak karbon yang lebih kecil) dan mencapai penghargaan diri menerusi pemegangan kepercayaan dan pembuatan kegiatan-kegiatan tersebut. Sesetengah pengulas mendebat bahawa dalam kemodenan, asas pembinaan gaya hidup ialah tingkah laku penggunaan yang menawarkan kemungkinan untuk mencipta dan membezakan diri lagi menerusi produk dan perkhidmatan yang menandakan gaya hidup yang berbeza.

2.2  Pengertian KonsepKesehatanFungsional
Pola/konsep di definisikan seperti pembentukan tingkah laku yang terjadi secara berangkai. (Gordon,1994,p.70). “Pola Fungsional Kesehatan (cara Hidup) klien, apakah pribadi, keluarga atau masyarakat, berkembang dari interaksi klien-lingkungan. Masing-masing pola adalah penjabaran dari gabungan biopsikososial. Tidak satupun pola yang dapat dimengerti tanpa mengetahui pola yang lain. Pola fungsional kesehatan dipengaruhi oleh faktor biologi,perkembangan,budaya,sosial dan spiritual” (Gordon.1994. p318).
Pola Fungsional Kesehatan dapat dikaji perkembangannya sejalan dengan perubahan waktu. 11 pola fungsional kesehatan termasuk Persepsi kesehatan-managemen Kesehatan, Nutrisi-metabolisme, eliminasi, aktivitas –latihan, istirahat-tidur. Persepsi kognitif, konsep diri-persepsi diri,Hubungan-peran, seksual-reproduksi,Pola pertahanan diri-toleransi,keyakinan dan nila. (Gordon,194, p.70).

Contoh aplikasi teori dalam keperawatan
1)                 Perubahan sensori/ perceptual (penglihatan) yang berhubungan dengan:
Kaji ketajaman visual klien, kaji orientasi dan memori klien akhir-akhir ini,obesrvasiperilaku klien, kaji ulang catatan medis dari kunjungan klinik.
2)                 Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) Timbang berat badan klien, tanyakan klien tentang perubahan berat badan yang direncanakan atau tidak direncanakan, tanyakan klien tentang makanan yang disukai maupun tidak disukai,inspeksi mukosa mulut klien, palpasi abdomen.
                                          
Model Konsep dan Tipologi Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon
1.      Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan,kemampuan menyusun tujuan,pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2.      Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit. Nafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan kulit,Makanan kesukaan.
3.      Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi (oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih, dll
4.      Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.
5.            Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,tempat, dan nama (orang,atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan,persepsi nyeri dan penanganan nyeri,kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dll.
6.            Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih
7.            Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistic
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,gugup/relaks
8.        Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien Pekerjaan,tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap orang lain, masalah keuangan dll
9.        Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex, pemeriksaan genital
10.    Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress
11.    Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan buadaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.

2.3    Konsep Penerapan Kultur Dalam Daur HidupManusia
.      Pengertian Kebudayaan
Pengertian kebudayaan secara umum, kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutandengan akal. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli :
1)                 Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat).
2)                 Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya, pola kebudayaan itu sangat luas karena semua tingkah laku dan perbuatan tercakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, termasuk perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
3)                 Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
4)                   A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya Culture, A Critical Review of Concepts and Definitions (1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
5)                 Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia.
6)                 Menurut E. B. Taylor (1974), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan, yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan, perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, kepercayaan dan religi, seni, dan lain-lain, yang seluruhnya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.


Konsep Penerapan Kultur Dalam Daur HidupManusia terdiri dari :

a.      Perawatan Kehamilan dan Kelahiran

Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang berbeda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993).
Berbagai kelompok yang memiliki penilaian terhadap aspek kultural tentang kehamilan dan kelahiran menganggap peristiwa itu merupakan tahapan yang harus dijalani didunia. Salah satu kebudayaan masyarakat kerinci di Provinsi Jambi misalnya, wanita hamil dilarang makan rebung karena menurut masyarakat setempat jika wanita hamil makan rebung maka bayinya akan berbulu seperti rebung. Makan jantung pisang juga diyakini menurut keyakinan mereka akan membuat bayi lahir dengan ukuran yang kecil.
Dalam kebudayaan Batak, wanita hamil yang menginjak usia kehamilan tujuh bulan diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita hamil tersebut selamat dalam proses melahirkan. Ketika sang bayi lahir pun nenek dari pihak ibu memberikan lagi ulos tondi kepada cucunya sebagai simbol perlindungan. Sang ibu akan menggendong anaknya dengan ulos tersebut agar anaknya selalu sehat dan cepat besar. Ulos tersebut dinamakan ulos parompa.
Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini, pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya berbeda, serta berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan keluarga
Menurut Meutia Farida Swasono salah satu contoh masyarakat yang sering menitik beratkan perhatian pada aspek krisis  kehidupan dari peristiwa kelahiran dan kehamilan adalah orang jawa  yang didalam adat dan istiadat mereka terdapat berbgai upacara adat yang rinci untuk untuk menyambut kelahiran bayi seperti upaca mintonin procotan dan brokahan .
                                                                                                 
Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran oleh dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern penanganan oleh dokter dibantu oleh perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi penangana dengan adat dibantu oleh dukun bayi. Menurut Meutia Farida Swasono dukun bayi umumnya adalah perempuan, walaupun dari berbagai kebudayaan tertentu, dukun bayi adalah laki laki seperti pada masyarakat Bali Hindu yang disebut balian manak dengan usia di atas 50tahun dan profesi ini tidak dapat digantikan oleh perempuan karena dalam proses menolong persalinan, sang dukun harus membacakan mantra mantra yang hanya boleh diucapkan oleh laki laki karena sifat sakralnya
Proses pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi bermacam macam. Ada dukun bayi yang memperoleh keahliannya melalui proses belajar yang diwariskan dari nenek atau ibunya, namun ada pula yang mempelajari dari seorang guru karena merasa terpanggil. Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses semata mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, namun tempat melahirkan pun harus terhindar dari berbagai kotoran tapi “kotor” dalam arti keduniawian, sehingga kebudayaan menetapkan bahwa proses mengeluarkan unsur unsur yang kotor atau keduniawian harus dilangsungkan di tempat yang sesuai keperluan itu. Jika dokter memiliki obat obat medis maka dukun bayi punya banyak ramuan untuk dapat menangani ibu dan janin, umumnya ramuan itu diracik dari berbagai jenis tumbuhan, atau bahan bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau pelancar proses persalinan.
Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi, kehamilan dan kelahiran dilihat bukan hanya aspek biologis dan fisiologis saja, melainkan sebagai proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan tradisional, cara menolong kelahiran, pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya.
Berdasarkan uraian diatas, perawat harus mampu memahami kondisi kliennya yang memiliki budaya berbeda. Perawat juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam pengkajian budaya yang akurat dan konprehensif sepanjang waktu berdasarkan warisan etnik dan riwayat etnik, riwayat biokultural. Organisasi social, agama, dan kepercayaan serta pola komunikasi . Semua Budaya mempunyai deminsi lampau, sekarang, dan mendatang. Untuk itu penting bagi perawat memahami orientasi waktu wanita yang mengalami transisi kehidupan dan sensitive terhadap warisan budaya keluarganya.

b.      Perawatan dan Pengasuhan Anak

Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari awal masa kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi peralihan tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bias mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu contohnya yaitu aplikasi transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak. Setiap anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik perkembangan fisik, kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar kesehatan, yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan berbagai unsur yang terlibat dalam proses perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan secara sinergis.Menurut Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,yaitu:Pertama,sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak tumbuh dan berkembang yang meliputi:keluarga,teman sebaya,sekolah dan lingkungan sekitar tetangga. Kedua,sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem,misalnya hubungan pengalaman-pengalam an yang didapatkan di dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya. Ketiga,sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting sosial yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa. Keempat,sistem makro yang merupakan budaya di mana individu hidup seperti:ideologi,budaya,sub-budaya atau strata sosial masyarakat. Kelima,sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi kritis transisional (kondisi sosio-historik). Keempat sistem pertama harus mampu dioptimalkan secara sinergis dalam pengembangan berbagai potensi anak sehingga dibutuhkan pola pengasuhan,pola pembelajaran,pola pergaula termasuk penggunaan media massa,  dan pola kebiasaan (budaya) yang koheren dan saling mendukung. Proses sosialisasi pada anak secara umum melalui 4 fase, yaitu:
1.      Fase Laten (Laten Pattern),pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat jelas. Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih dianggap sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan satu kesatuan yang disebut “two persons system”.

2.      Fase Adaptasi (Adaption),pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan dan memberikan reaksi atas rangsangan-rangsang an dari lingkungannya. Orangtua berperan besar pada fase adaptasi,karena anak hanya dapat belajar
3.      dengan baik atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.
4.      Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment),pada fase ini dalam sosialisasinya anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya,tapi sudah memiliki maksud dan tujuan. Anak cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
5.      Fase Integrasi (Integration),pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan,tapi sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu dengan dirinya sendiri.
Interaksi anak dengan lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan dirinya pada kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan keluarga turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat, dalam memberikan pengasuhan dan perawatan perlu mengarahkan anak pada perilaku perkembangan yang normal, membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk koping dengan membantu mencapai keseimbangan perkembangan yang penting. Perawat juga harus sangat melibatkan anak dalam merencanakan proses perkembangan. Karena preadolesens memiliki keterampilan kognitif dan sosial yang meningkat sehingga dapat merencnakan aktifitas perkembngan.
Dalam lingkungannya, anak diharuskan bekerja dan bermain secara kooperatif dalam kelompok besar anak-anak dalam berbagai latar belakang budaya. Dalam proses ini, anak
mungkin menghadapi masalah kesehatan psikososial dan fisik (misalnya meningkatnya kerentanan terhadap infeksi pernapasan, penyesuaian yang salah di sekolah, hubungan dengan kawan sebaya tidak adekuat, atau gangguan belajar). Perawat harus merancang intervensi peningkatan kesehatan anak dengan turut mengkaji kultur yang berkembang pada anak. Agar tidak terjadi konflik budaya terhadap anak yang akan mengakibatkan tidak optimalnya pegasuhan dan perawatan anak.


Pada Lansia

Kebudayaan dan Asuhan Keperawatan pada Lansia
Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatu masyarakat dimana faktor-faktor budaya masih kuat. Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akan memilih cara baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaan dan harapan pokok mereka lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebut berfaedah , sama sekali tidak berguna, atau lambat memberi pegaruh. Namun mereka lebih menyukai pengobatan tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka cara baru itu akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk kasus-kasus tertentu saja.
Pelayanan kesehatan yang modern oleh sebab itu harus disesuaikan dengan kebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara modern dan menyapu semua cara-cara tradisional . Bila tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa asing dengan penduduk setempat . ini tidak akan terjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka dan menjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar. Setiap masyarakat mempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan ksehatan masing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka akan mempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak mereka terima.
Pemuka - pemuka di dalam masyarakat itu harus diyakinkan sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara - cara baru tersebut bukan untuk melunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberikan manfaat yang lebih besar .Pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya , bila pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita , akan tidak puas hanya dengan memberikan pil untuk diminum . Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan berfikir dan menerima.
c.       Asuhan Keperawatan Gangguan Sosialcultural pada Lansia
Proses asuhan  keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).

d.      Pada  saat sebelu meninggal dan setelah Meninggal
·         Sebelum meninggal
Penerapan konsep kultur pada  pasien  yang menjelang ajal biannya mempunyai cara yang berbeda-beda setiap agama  misalngan membnya pada Agama Islam bianya mendatangkan ustad untuk mendoakkan pasien agar bisa menenangkankan perasaan pasien dibasanya dilakukan dengan mebacaka Ayat-Ayat suci. Begitupun agama-agama lain biasan ketika ada anggota keluarga mereka pada keadaan menjelang ajal  mereka cenderum memanggil tukah pemuka agama masing-masing untuk menenagkan anggota keluraga mereka sehingga bisa meninggal dengan tenang ataupuun jika terdapat muzizat keluarga mereka dpat bertahan hidup , Namun untuk agama hindu biasannya hal itu jarang dilakukan karena  ketika ada  terdapat anggota keluraga yang berda dalam keadaan menjelang ajal biasannya hanya dilakukan doa di pura / tempat suci dan menhaturkan sesajen berupa canang,  atau banten ke tempat suci .  atau ketika jika terdapat anggota kelurga  yang berada dalam keadaan mencelang ajal biasannya dipercikkan tirta.( airsuci yang di dapat di tempat suci )
·         Ketika pasien sudah meninggal
Ketika pasien sudah meninggal maka akan dikakukan perawatan jenazah  secara umum prosedur perawatan jenazah di Rumah sakit  untuk setiap pasien dengan latar belakang budaya yang berbeda sama namun terdapat sedikit perbedaan dalam mengikatkan tangan pasien .    selain perawatan jenazah yang terdapat sedikit perbeddan  hal lain yang juga menjadi perbedaan adalah upacara pemakaman jenazah . cotohnya pada Agama Hindu upacara pemakaman jenazah cenderum dilakukan dengan cara pembakaran, namun tidak jarang masyarakat Hindu yang melakukan upacara penguburan terlebih dalu sebelum dilaksanakan upacara pengabenan hal ini dilakukan  karena nimnimnya waktu untuk mempersiapkan sesajen, karena adnya permitaan khusus dari almarhum ketika sebelum meningga  atau karena hal tersebut merupakan suatu tradisi di daerah tertentu.
     
Penerapan Konsep kultur lainnya

                        Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa  hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah : Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik dan konsep naluralistik.
Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini dikatakan tidak wajar / tidak biasa. Penyembuhannya adalah berdasarkanpengetahuan secara gaib atau supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing – masing :
A.     Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
B.      Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.
C.      Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna.
D.    Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.
E.      DukuUN hewan: khusus mengobati hewan.Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural  dan mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan racun , bisa , kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas , angin atau udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali .
Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas dari tumbuhan dan buah –buahan yang bersifat alami adalah :
·         Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
·         Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas  dan airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.
·         Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.
·         Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.
·         Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan penambah nafsu makan.
·         Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan ) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang terkena cacar.
·         Daun sirih untuk membersihkan vagina.
·         Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
·         Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal.
·         Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
·         Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
·         Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki
·          Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak boleh kelapa yang sudah tua.
Budaya Sunda
a)      Sakit Demam

                Keluhan demam ditandai dengan badan terasa pegal – pegal , menggigil , kadang – kadang bibir biru . Penyebab demam adalah udara kotor , menghisap debu kotor . pergantian cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan , kepanasan cukup lama , dan keletihan . Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap , makan teratur , olahraga cukup , tidur cukup , minum cukup , kalau badan masih panas / berkeringat jangan langsung mandi , jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah . Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional , yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo , daun cabe atau daun singkong , atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer bintang tujuh nomor 16.
b)      .    Keluhan Batuk

Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut , batuk biasa, dan batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking  dengan gejala tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit  . Penyebab batuk TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah satu makanan , makanan basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak yang tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan , jangan makan makanan basi , tidak kebanyakan minum es , menghindari makanan yang merangsang tenggorokan , atau menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri batuk dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau oikadryl . Bila batuk ringan dapt minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan jahe dengan gula merah.

c)    Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan, yaitu hidung tersumbat atau berair , dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam , badan terasa pegal dan tenggorokan kering . Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor , menghisap asap rokok , menghisap air , pencegahan pilek adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan langsung mandi , apabila muka terasa panas, jangan mandi langsung minum obat , banyak minum air dan istirahat . Pengobatan sendiri , pilek dapat dilakukan dengan obat warung yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang . Dapat juga digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan , misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung.
d)      .    Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas biasanya yang disertai. Untuk mengobatinya , orang sunda biasa dengan menggunakan labu yang diparut, kemudian dibungkus kain dan di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air dingin.
Budaya Batak
Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural , yaitu :
·         Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
·          Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut sakit. Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
·         Ada juga orang batak sakit karena tarhirim Misalnya  : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya , tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si anak bisa menjadi sakit.
·         Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.

Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan”
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada , mulai sejak dalam kandungan sampai melahirkan. Obat-obatan tersebut antara lain:

1.      Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
2.      Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang )
3.      Biji sirintak (Untuk mengobati sakit mata)
4.       Tawar mulajadi (Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk)
Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang batak adalah :
·         Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara pengobatannya dengan menggunakan belau.
·          Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam ) biasanya pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal
Budaya Flores
Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka . Dami dikenal sebagai penyembuh alternative unik. Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang dikeluhkan para pasien : Pertama , jenis penyakit nonmedis atau santet / guna – guna .  Kedua , penyakit medis seperti jantung koroner, tumor , kanker , dll.  Ketiga , sakit psikologis mis : banyak utang , stress, dll.  “Dami mengingatkan kunci sehat itu sebenarnya ada di pikiran yang sehat . Sebaliknya , pikiran yang ruwet , penuh beban dan tekanan , justru memicu munculnya penyakit dalam tubuh manusia”

Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :
a.       Berdoa.
b.      Air
c.       Kapsul ajaib
d.      Pijat refleksi
e.       Suntik.
f.       Telur ayam ( kampung ) dan gelas
g.      Operasi / bedah
·          Bawang merah : untuk mengobati batuk , yakni dengan cara dihancurkan (dikunyah ) lalu dibungkus dengan sepotong kain , kemudian ditempelkan di tenggorokan . Cara ini baik diterapkan pada waktu sebelum tidur malam.
·         Daun sirih :untuk mengobati orang yang mimisan , yaitu dengan digulung kemudian disumbatkan ke lubang hidung yang keluar darah.
·         Daun papaya yang masih muda : untuk menghentikan keluarnya darah dari bagian tubuh yang luka , yaitu dengan dikunyah sampai halus kemudian ditempelkan di bagian yang luka tersebut.
















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1)                 gaya hidup ialah cara bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup ialah kumpulan ciri tingkah laku yang bererti kepada kedua-dua orang-orang lain dan diri sendiri dalam sesuatu masa dan tempat, termasuk hubungan sosial, penggunaan, hiburan, dan pakaian. Tingkah laku dan amalan dalam gaya hidup merupakan campuran tabiat, cara lazim membuat sesuatu, serta tindakan berdasarkan logik.
2)                 Pola fungsional kesehatan dipengaruhi oleh faktor biologi,perkembangan,budaya,sosial dan spiritual” (Gordon.1994. p318). Pola Fungsional Kesehatan dapat dikaji perkembangannya sejalan dengan perubahan waktu. 11 pola fungsional kesehatan termasuk Persepsi kesehatan-managemen Kesehatan, Nutrisi-metabolisme, eliminasi, aktivitas –latihan, istirahat-tidur. Persepsi kognitif, konsep diri-persepsi diri,Hubungan-peran, seksual-reproduksi,Pola pertahanan diri-toleransi,keyakinan dan nila. (Gordon,194, p.70).
3)                 Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan, yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Penerapan konsep cultural sepanjang daur kehidupan terdiri dari peneran pada kehamilan dan kelahiran, pendidikan anak , pada lansia , serta sebelum menjelan ajala dan perawatan setelah meninggal. Penerapan konsep culturan dipengaruhi agama,  tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, nilai, norma dan lain-lain.

3.2  Saran
Tugas ini diharapkan dapa tmembantu serta mengembangkan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa mengenai gaya hidup, status kesehatan fungsional, dan konsep penerapan kultur dalam daur hidup manusia dan menambah wawasan informasi mengenai pentingnya gaya hidup, status kesehatanfungsional, dan konsep penerapan kultur dalam daur hidup manusia dalam keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA


Andrew, M.M. and Boyle, J.S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care. 2nd Ed.
Philadelphia: J.B. Lippincot Company, hal 1-131.

Aziz Alim Hidayat (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Lim Awim, Rabu, 17 Oktober 2007. Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan,

Mediana Dwiyanti, S.Kp, MSC (1998). Aplikasi Model Konseptual
Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit Gosyen  Publishing.

posted by Ayu Ristianti
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar