2.1 Pengertian Gaya Hidup
Istilah gaya hidup pada asalnya
dicipta oleh ahli psikologi Austria, Alfred Adler, pada 1929. Pengertiannya
yang lebih luas, sebagaimana difahami pada hari ini, mula digunakan sejak 1961.
Dalam bidang sosiologi, gaya hidup
ialah cara bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup ialah kumpulan ciri tingkah
laku yang bererti kepada kedua-dua orang-orang lain dan diri sendiri dalam
sesuatu masa dan tempat, termasuk hubungan sosial, penggunaan, hiburan, dan
pakaian. Tingkah laku dan amalan dalam gaya hidup merupakan campuran tabiat,
cara lazim membuat sesuatu, serta tindakan berdasarkan logik. Gaya hidup
biasanya membayangkan sikap, nilai, dan pandangan dunia seseorang. Menurut Justera, gaya hidup ialah cara untuk
memupuk konsep diri serta mencipta simbol kebudayaan yang menggemakan identitas
peribadi. Namun bukan semua aspek gaya
hidup bersifat sukarela pada sepenuhnya. Sistem-sistem sosial dan teknikal di
sekeliling dapat menyekat pilihan gaya hidup serta simbol yang dapat digunakan
untuk menonjolkan gaya hidup kepada orang-orang lain dan diri sendiri.
Sempadan antara identiatas peribadi dengan perbuatan sehari-hari yang
menandakan sesuatu gaya hidup semakin kabur dalam masyarakat modern.Misalnya,
"gaya hidup hijau" bermakna memegang kepercayaan dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang menggunakan kurang sumber serta menghasilkan kurang sisa
yang berbahaya (iaitu jejak karbon yang lebih kecil) dan mencapai penghargaan
diri menerusi pemegangan kepercayaan dan pembuatan kegiatan-kegiatan tersebut.
Sesetengah pengulas mendebat bahawa dalam kemodenan, asas pembinaan gaya hidup
ialah tingkah laku penggunaan yang menawarkan kemungkinan untuk mencipta dan
membezakan diri lagi menerusi produk dan perkhidmatan yang menandakan gaya
hidup yang berbeza.
2.2 Pengertian KonsepKesehatanFungsional
Pola/konsep di definisikan seperti
pembentukan tingkah laku yang terjadi secara berangkai. (Gordon,1994,p.70).
“Pola Fungsional Kesehatan (cara Hidup) klien, apakah pribadi, keluarga atau
masyarakat, berkembang dari interaksi klien-lingkungan. Masing-masing pola
adalah penjabaran dari gabungan biopsikososial. Tidak satupun pola yang dapat
dimengerti tanpa mengetahui pola yang lain. Pola fungsional kesehatan dipengaruhi
oleh faktor biologi,perkembangan,budaya,sosial dan spiritual” (Gordon.1994.
p318).
Pola Fungsional Kesehatan dapat dikaji
perkembangannya sejalan dengan perubahan waktu. 11 pola fungsional kesehatan
termasuk Persepsi kesehatan-managemen Kesehatan, Nutrisi-metabolisme,
eliminasi, aktivitas –latihan, istirahat-tidur. Persepsi kognitif, konsep
diri-persepsi diri,Hubungan-peran, seksual-reproduksi,Pola pertahanan
diri-toleransi,keyakinan dan nila. (Gordon,194, p.70).
Contoh
aplikasi teori dalam keperawatan
1)
Perubahan sensori/ perceptual (penglihatan)
yang berhubungan dengan:
Kaji ketajaman visual klien, kaji orientasi dan memori klien akhir-akhir ini,obesrvasiperilaku klien, kaji ulang catatan medis dari kunjungan klinik.
Kaji ketajaman visual klien, kaji orientasi dan memori klien akhir-akhir ini,obesrvasiperilaku klien, kaji ulang catatan medis dari kunjungan klinik.
2)
Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
Timbang berat badan klien, tanyakan klien tentang perubahan berat badan yang
direncanakan atau tidak direncanakan, tanyakan klien tentang makanan yang
disukai maupun tidak disukai,inspeksi mukosa mulut klien, palpasi abdomen.
Model Konsep dan Tipologi Pola Kesehatan
Fungsional Menurut Gordon
1. Pola
Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan,kemampuan menyusun
tujuan,pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2. Pola
Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit. Nafsu
makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan
kulit,Makanan kesukaan.
3. Pola
Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit Kebiasaan
defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi (oliguri,disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses,
pola input cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi
berlebih, dll
4. Pola
Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain Kemampuan klien dalam menata diri apabila
tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 :
dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan otot dan
Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan kedalam
nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.
5.
Pola
Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung
kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau
baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,tempat, dan nama
(orang,atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan,persepsi nyeri dan penanganan nyeri,kemampuan untuk
mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat,
kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien,
adakah gangguan penglihatan,pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman
dll.
6.
Pola
Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy. Jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat, mengeluh letih
7.
Pola
Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran,
identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan
bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system
terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan
dalam pandangan secara holistic
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,gugup/relaks
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,gugup/relaks
8.
Pola
Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien Pekerjaan,tempat tinggal, tidak
punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap orang lain, masalah
keuangan dll
9.
Pola
Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae
sendiri, riwayat penyakit hub sex, pemeriksaan genital
10.
Pola
Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan system
pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang
terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek
penyakit terhadap tingkat stress
11.
Pola
Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan
sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan
konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan buadaya,berbagi denga orang
lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan
pantangan dalam agama selama sakit.
2.3 Konsep
Penerapan Kultur Dalam Daur HidupManusia
. Pengertian
Kebudayaan
Pengertian
kebudayaan secara umum, kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta
buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Dengan demikian,
kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutandengan akal. Kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli
:
1)
Menurut
Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat).
2)
Sutan
Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara
berpikir sehingga menurutnya, pola kebudayaan itu sangat luas karena semua
tingkah laku dan perbuatan tercakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis
dan cara berpikir, termasuk perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari
pikiran.
3)
Koentjaraningrat
mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
4)
A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya Culture,
A Critical Review of Concepts and Definitions
(1952) mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja
jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
5)
Malinowski
menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem
kebutuhan manusia.
6)
Menurut
E. B. Taylor (1974), kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan,
yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan, perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, kepercayaan dan religi,
seni, dan lain-lain, yang seluruhnya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Konsep Penerapan
Kultur Dalam Daur HidupManusia terdiri dari :
a. Perawatan Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan dan
kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya dalam suatu
masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara universal
sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara yang berbeda
oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993).
Berbagai
kelompok yang memiliki penilaian terhadap aspek kultural tentang kehamilan dan
kelahiran menganggap peristiwa itu merupakan tahapan yang harus dijalani
didunia. Salah satu kebudayaan masyarakat kerinci di Provinsi Jambi misalnya,
wanita hamil dilarang makan rebung karena menurut masyarakat setempat jika
wanita hamil makan rebung maka bayinya akan berbulu seperti rebung. Makan
jantung pisang juga diyakini menurut keyakinan mereka akan membuat bayi lahir
dengan ukuran yang kecil.
Dalam
kebudayaan Batak, wanita hamil yang menginjak usia kehamilan tujuh bulan
diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita hamil tersebut selamat
dalam proses melahirkan. Ketika sang bayi lahir pun nenek dari pihak ibu
memberikan lagi ulos tondi kepada cucunya sebagai simbol perlindungan.
Sang ibu akan menggendong anaknya dengan ulos tersebut agar anaknya
selalu sehat dan cepat besar. Ulos tersebut dinamakan ulos parompa.
Pantangan dan
simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih dipertahankan dalam
komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini, pelayanan kompeten
secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk menghilangkan perbedaan
dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya berbeda, serta berupaya mencapai pelayanan
yang optimal bagi klien dan keluarga
Menurut Meutia
Farida Swasono salah satu contoh masyarakat yang sering menitik beratkan
perhatian pada aspek krisis kehidupan
dari peristiwa kelahiran dan kehamilan adalah orang jawa yang didalam adat dan istiadat mereka
terdapat berbgai upacara adat yang rinci untuk untuk menyambut kelahiran bayi
seperti upaca mintonin procotan dan brokahan .
Perbedaan yang
paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran oleh dunia medis
dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern penanganan oleh
dokter dibantu oleh perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi penangana dengan
adat dibantu oleh dukun bayi. Menurut Meutia Farida Swasono dukun bayi umumnya
adalah perempuan, walaupun dari berbagai kebudayaan tertentu, dukun bayi adalah
laki laki seperti pada masyarakat Bali Hindu yang disebut balian manak dengan
usia di atas 50tahun dan profesi ini tidak dapat digantikan oleh perempuan
karena dalam proses menolong persalinan, sang dukun harus membacakan mantra
mantra yang hanya boleh diucapkan oleh laki laki karena sifat sakralnya
Proses
pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi bermacam macam. Ada dukun
bayi yang memperoleh keahliannya melalui proses belajar yang diwariskan dari
nenek atau ibunya, namun ada pula yang mempelajari dari seorang guru karena
merasa terpanggil. Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu
proses semata mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, namun tempat
melahirkan pun harus terhindar dari berbagai kotoran tapi “kotor” dalam arti
keduniawian, sehingga kebudayaan menetapkan bahwa proses mengeluarkan unsur
unsur yang kotor atau keduniawian harus dilangsungkan di tempat yang sesuai
keperluan itu. Jika dokter memiliki obat obat medis maka dukun bayi punya banyak
ramuan untuk dapat menangani ibu dan janin, umumnya ramuan itu diracik dari
berbagai jenis tumbuhan, atau bahan bahan lainnya yang diyakini berkhasiat
sebagai penguat tubuh atau pelancar proses persalinan.
Menurut
pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi, kehamilan dan kelahiran
dilihat bukan hanya aspek biologis dan fisiologis saja, melainkan sebagai
proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya
mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam
pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara pencegahan
bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan tradisional, cara menolong
kelahiran, pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan
serta perawatan bayi dan ibunya.
Berdasarkan uraian diatas,
perawat harus mampu memahami kondisi kliennya yang memiliki budaya berbeda.
Perawat juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam pengkajian budaya yang
akurat dan konprehensif sepanjang waktu berdasarkan warisan etnik dan riwayat
etnik, riwayat biokultural. Organisasi social, agama, dan kepercayaan serta
pola komunikasi . Semua Budaya mempunyai deminsi lampau, sekarang, dan
mendatang. Untuk itu penting bagi perawat memahami orientasi waktu wanita yang
mengalami transisi kehidupan dan sensitive terhadap warisan budaya keluarganya.
b. Perawatan dan Pengasuhan Anak
Disepanjang
daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari awal masa kelahiran
hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi peralihan tersebut.
Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bias mengaplikasikan
pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu contohnya yaitu
aplikasi transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak. Setiap anak
diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik perkembangan
fisik, kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar kesehatan, yaitu sehat
jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan berbagai unsur yang
terlibat dalam proses perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan secara
sinergis.Menurut Urie Bronfenbrenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,yaitu:Pertama,sistem mikro yang
terkait dengan setting individual di mana anak tumbuh dan berkembang yang
meliputi:keluarga,teman sebaya,sekolah dan lingkungan sekitar tetangga.
Kedua,sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem,misalnya
hubungan pengalaman-pengalam an yang didapatkan di dalam keluarga dengan
pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman sebaya. Ketiga,sistem exo
yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam setting sosial yang berada di
luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan
anak,seperti,pekerjaan orang tua dan media massa. Keempat,sistem makro yang
merupakan budaya di mana individu hidup seperti:ideologi,budaya,sub-budaya atau
strata sosial masyarakat. Kelima,sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi
kritis transisional (kondisi sosio-historik). Keempat sistem pertama harus
mampu dioptimalkan secara sinergis dalam pengembangan berbagai potensi anak
sehingga dibutuhkan pola pengasuhan,pola pembelajaran,pola pergaula termasuk
penggunaan media massa, dan pola
kebiasaan (budaya) yang koheren dan saling mendukung. Proses sosialisasi pada
anak secara umum melalui 4 fase, yaitu:
1. Fase Laten (Laten Pattern),pada
fase ini proses sosialisasi belum terlihat jelas. Anak belum merupakan kesatuan
individu yang berdiri sendiri dan dapat melakukan kontak dengan lingkungannya.
Pada fase ini anak masih dianggap sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase
ini masih merupakan satu kesatuan yang disebut “two persons system”.
2.
Fase
Adaptasi (Adaption),pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan dan
memberikan reaksi atas rangsangan-rangsang an dari lingkungannya. Orangtua
berperan besar pada fase adaptasi,karena anak hanya dapat belajar
3. dengan baik atas bantuan dan bimbingan
orangtuanya.
4. Fase Pencapaian Tujuan (Goal
Attainment),pada fase ini dalam sosialisasinya anak tidak hanya sekadar
memberikan umpan balik atas rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya,tapi
sudah memiliki maksud dan tujuan. Anak cenderung mengulangi tingkah laku
tertentu untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
5. Fase Integrasi (Integration),pada
fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya sekadar penyesuaian (adaptasi)
ataupun untuk mendapatkan penghargaan,tapi sudah menjadi bagian dari karakter
yang menyatu dengan dirinya sendiri.
Interaksi anak
dengan lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan dirinya pada
kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan keluarga
turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak terlepas dari
pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat, dalam
memberikan pengasuhan dan perawatan perlu mengarahkan anak pada perilaku
perkembangan yang normal, membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan
menggunakan kemampuannya untuk koping dengan membantu mencapai keseimbangan
perkembangan yang penting. Perawat juga harus sangat melibatkan anak dalam
merencanakan proses perkembangan. Karena preadolesens memiliki keterampilan kognitif
dan sosial yang meningkat sehingga dapat merencnakan aktifitas perkembngan.
Dalam
lingkungannya, anak diharuskan bekerja dan bermain secara kooperatif dalam
kelompok besar anak-anak dalam berbagai latar belakang budaya. Dalam proses
ini, anak
mungkin
menghadapi masalah kesehatan psikososial dan fisik (misalnya meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi pernapasan, penyesuaian yang salah di sekolah,
hubungan dengan kawan sebaya tidak adekuat, atau gangguan belajar). Perawat
harus merancang intervensi peningkatan kesehatan anak dengan turut mengkaji
kultur yang berkembang pada anak. Agar tidak terjadi konflik budaya terhadap
anak yang akan mengakibatkan tidak optimalnya pegasuhan dan perawatan anak.
Pada Lansia
Kebudayaan dan Asuhan
Keperawatan pada Lansia
Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru diperkenalkan
ke dalam suatu masyarakat dimana faktor-faktor budaya masih kuat. Biasanya
dengan segera mereka akan menolak dan memilih cara pengobatan tradisional
sendiri. Apakah mereka akan memilih cara baru atau lama, akan memberi petunjuk
kepada kita akan kepercayaan dan harapan pokok mereka lambat laun akan sadar
apakah pengobatan baru tersebut berfaedah , sama sekali tidak berguna, atau
lambat memberi pegaruh. Namun mereka lebih menyukai pengobatan tradisional
karena berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka cara baru itu akan
dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk kasus-kasus tertentu saja.
Pelayanan kesehatan yang modern oleh sebab itu harus
disesuaikan dengan kebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan
sekaligus cara-cara modern dan menyapu semua cara-cara tradisional . Bila
tenaga kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa asing
dengan penduduk setempat . ini tidak akan terjadi jika tenaga kesehatan tersebut
berusaha mempelajari kebudayaan mereka dan menjembatani jarak yang ada diantara
mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak tersebut
akan semakin lebar. Setiap masyarakat mempunyai cara pengobatan dan kebiasaan
yang berhubungan dengan ksehatan masing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari
kebudayaan mereka akan mempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya
tidak mereka terima.
Pemuka - pemuka di dalam masyarakat itu harus diyakinkan
sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara - cara baru
tersebut bukan untuk melunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan
memberikan manfaat yang lebih besar .Pilihan pengobatan dapat menimbulkan
kesulitan. Misalnya , bila pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara
menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita ,
akan tidak puas hanya dengan memberikan pil untuk diminum . Hal tersebut diatas
bisa menjadi suatu penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan
berjalannya waktu mereka akan berfikir dan menerima.
c. Asuhan
Keperawatan Gangguan Sosialcultural pada Lansia
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah
kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan,
perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, seperti di
rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun puskesmas, yang diberikan oleh
perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan
sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan
asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).
d. Pada
saat sebelu meninggal dan setelah Meninggal
·
Sebelum meninggal
Penerapan konsep kultur pada pasien
yang menjelang ajal biannya mempunyai cara yang berbeda-beda setiap
agama misalngan membnya pada Agama Islam
bianya mendatangkan ustad untuk mendoakkan pasien agar bisa menenangkankan
perasaan pasien dibasanya dilakukan dengan mebacaka Ayat-Ayat suci. Begitupun
agama-agama lain biasan ketika ada anggota keluarga mereka pada keadaan
menjelang ajal mereka cenderum memanggil
tukah pemuka agama masing-masing untuk menenagkan anggota keluraga mereka sehingga
bisa meninggal dengan tenang ataupuun jika terdapat muzizat keluarga mereka
dpat bertahan hidup , Namun untuk agama hindu biasannya hal itu jarang
dilakukan karena ketika ada terdapat anggota keluraga yang berda dalam
keadaan menjelang ajal biasannya hanya dilakukan doa di pura / tempat suci dan
menhaturkan sesajen berupa canang, atau
banten ke tempat suci . atau ketika jika
terdapat anggota kelurga yang berada
dalam keadaan mencelang ajal biasannya dipercikkan tirta.( airsuci yang di
dapat di tempat suci )
·
Ketika pasien sudah meninggal
Ketika
pasien sudah meninggal maka akan dikakukan perawatan jenazah secara umum prosedur perawatan jenazah di
Rumah sakit untuk setiap pasien dengan latar
belakang budaya yang berbeda sama namun terdapat sedikit perbedaan dalam
mengikatkan tangan pasien . selain
perawatan jenazah yang terdapat sedikit perbeddan hal lain yang juga menjadi perbedaan adalah
upacara pemakaman jenazah . cotohnya pada Agama Hindu upacara pemakaman jenazah
cenderum dilakukan dengan cara pembakaran, namun tidak jarang masyarakat Hindu
yang melakukan upacara penguburan terlebih dalu sebelum dilaksanakan upacara
pengabenan hal ini dilakukan karena
nimnimnya waktu untuk mempersiapkan sesajen, karena adnya permitaan khusus dari
almarhum ketika sebelum meningga atau
karena hal tersebut merupakan suatu tradisi di daerah tertentu.
Penerapan
Konsep kultur lainnya
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub
unsur kebudayaan masyarakat sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam
masyarakat tradisional , sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata
sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata
social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah
rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat
– sakit) menurut budaya – budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah :
Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep
personalistik dan konsep naluralistik.
Dalam
konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural ( makhluk
gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan
manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini dikatakan tidak wajar /
tidak biasa. Penyembuhannya adalah berdasarkanpengetahuan secara gaib atau
supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Penyembuhan dapat melalui
seorang dukun atau “ wong tuo “.Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat
Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing – masing :
A.
Dukun bayi : khusus menangani
penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi , dan
orang yang hendak melahirkan.
B.
Dukun pijat / tulang (sangkal putung) :
Khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah
urat.
C.
Dukun klenik : khusus menangani orang
yang terkena guna – guna.
D.
Dukun
mantra : khusus menangani
orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.
E.
DukuUN hewan: khusus mengobati
hewan.Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural
dan mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan
racun , bisa , kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas , angin
atau udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali .
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali .
Adapun
beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas dari
tumbuhan dan buah –buahan yang bersifat alami adalah :
·
Daun
dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
·
Temulawak
untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas dan airnya
diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu dan
dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.
·
Akar
ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.
·
Mahkota
dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan terlebih
dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.
·
Brotowali
sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan penambah
nafsu makan.
·
Jagung
muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan )
berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang
terkena cacar.
·
Daun
sirih untuk membersihkan vagina.
·
Lidah
buaya untuk kesuburan rambut.
·
Cicak
dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal.
·
Mandi
air garam untuk menghilangkan sawan.
·
Daun
simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
·
Jahe
untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun
dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki
·
Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk
menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari ,
daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak boleh kelapa yang sudah tua.
Budaya Sunda
a)
Sakit
Demam
Keluhan demam ditandai dengan badan terasa pegal – pegal , menggigil , kadang – kadang bibir biru . Penyebab demam adalah udara kotor , menghisap debu kotor . pergantian cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan , kepanasan cukup lama , dan keletihan . Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap , makan teratur , olahraga cukup , tidur cukup , minum cukup , kalau badan masih panas / berkeringat jangan langsung mandi , jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah . Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional , yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo , daun cabe atau daun singkong , atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer bintang tujuh nomor 16.
b)
.
Keluhan Batuk
Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai
mengeluarkan darah dari mulut , batuk biasa, dan batuk yang terus menerus
dengan suaranya melengking dengan gejala
tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit . Penyebab batuk TBC adalah karena orang tersebut
menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah
menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan , alergi salah satu
makanan , makanan basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak
yang tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk dilakukan
dengan menjaga badan agar jangan kedinganan , jangan makan makanan basi , tidak
kebanyakan minum es , menghindari makanan yang merangsang tenggorokan , atau
menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri batuk dapat dilakukan dengan obat
warung misalnya konidin atau oikadryl . Bila batuk ringan dapt minum obat
tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur kecap , daun sirih 5 lembar
diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan jahe dengan gula merah.
c) Sakit Pilek
c) Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan, yaitu hidung tersumbat
atau berair , dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala , demam ,
badan terasa pegal dan tenggorokan kering . Penyebab pilek adalah kehujanan
menghisap debu kotor , menghisap asap rokok , menghisap air , pencegahan pilek
adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat jangan langsung mandi ,
apabila muka terasa panas, jangan mandi langsung minum obat , banyak minum air
dan istirahat . Pengobatan sendiri , pilek dapat dilakukan dengan obat warung
yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang . Dapat juga
digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan , misalnya minyak kelapa
dioleskan di kanan dan kiri hidung.
d)
.
Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh
seseorang terasa panas biasanya yang disertai. Untuk mengobatinya , orang sunda
biasa dengan menggunakan labu yang diparut, kemudian dibungkus kain dan di
kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun.
Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air dingin.
Budaya Batak
Bagi orang batak , di samping penyakit
alamiah , ada juga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural , yaitu :
·
Jika
mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang
tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh
adalah dengan mengoleskan air sirih.
·
Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan
nama ) sehingga membuat orang tersebut sakit. Cara mengobatinya dengan
mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang lebih cocok dan didoakan
serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
·
Ada
juga orang batak sakit karena tarhirim Misalnya
: seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya , tetapi
janji tersebut tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si anak
bisa menjadi sakit.
·
Jika
ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap telah
menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.
Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan”
Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan”
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu
pengobatan telah ada , mulai sejak dalam kandungan sampai melahirkan.
Obat-obatan tersebut antara lain:
1.
Obat
mulai dari kandungan sampai melahirkan
2.
Dappol
Siburuk ( obat urut dan tulang )
3.
Biji
sirintak (Untuk mengobati sakit mata)
4.
Tawar mulajadi (Mengobati penyakit kulit yang
sampai membusuk)
Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang
batak adalah :
·
Jika
ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara pengobatannya dengan
menggunakan belau.
·
Apabila ada orang batak yang menderita
penyakit panas ( demam ) biasanya pengobatannya dengan cara menyelimutinya
dengan selimut / kain yang tebal
Budaya Flores
Damianus
Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka . Dami dikenal
sebagai penyembuh alternative unik. Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang
dikeluhkan para pasien : Pertama , jenis penyakit nonmedis atau santet / guna –
guna . Kedua , penyakit medis seperti
jantung koroner, tumor , kanker , dll.
Ketiga , sakit psikologis mis : banyak utang , stress, dll. “Dami mengingatkan kunci sehat itu sebenarnya
ada di pikiran yang sehat . Sebaliknya , pikiran yang ruwet , penuh beban dan
tekanan , justru memicu munculnya penyakit dalam tubuh manusia”
Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :
Dami mempunyai 7 metode untuk mengatasi penyakit :
a.
Berdoa.
b.
Air
c.
Kapsul
ajaib
d.
Pijat
refleksi
e.
Suntik.
f.
Telur
ayam ( kampung ) dan gelas
g.
Operasi
/ bedah
·
Bawang merah : untuk mengobati batuk , yakni
dengan cara dihancurkan (dikunyah ) lalu dibungkus dengan sepotong kain ,
kemudian ditempelkan di tenggorokan . Cara ini baik diterapkan pada waktu
sebelum tidur malam.
·
Daun
sirih :untuk mengobati orang yang mimisan , yaitu dengan digulung kemudian
disumbatkan ke lubang hidung yang keluar darah.
·
Daun
papaya yang masih muda : untuk menghentikan keluarnya darah dari bagian tubuh
yang luka , yaitu dengan dikunyah sampai halus kemudian ditempelkan di bagian
yang luka tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1)
gaya hidup ialah cara bagaimana seseorang
hidup. Gaya hidup ialah kumpulan ciri tingkah laku yang bererti kepada
kedua-dua orang-orang lain dan diri sendiri dalam sesuatu masa dan tempat, termasuk
hubungan sosial, penggunaan, hiburan, dan pakaian. Tingkah laku dan amalan
dalam gaya hidup merupakan campuran tabiat, cara lazim membuat sesuatu, serta
tindakan berdasarkan logik.
2)
Pola fungsional kesehatan dipengaruhi oleh
faktor biologi,perkembangan,budaya,sosial dan spiritual” (Gordon.1994. p318).
Pola Fungsional Kesehatan dapat dikaji perkembangannya sejalan dengan perubahan
waktu. 11 pola fungsional kesehatan termasuk Persepsi kesehatan-managemen
Kesehatan, Nutrisi-metabolisme, eliminasi, aktivitas –latihan, istirahat-tidur.
Persepsi kognitif, konsep diri-persepsi diri,Hubungan-peran,
seksual-reproduksi,Pola pertahanan diri-toleransi,keyakinan dan nila.
(Gordon,194, p.70).
3)
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan,
yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Penerapan konsep cultural sepanjang daur kehidupan terdiri dari
peneran pada kehamilan dan kelahiran, pendidikan anak , pada lansia , serta
sebelum menjelan ajala dan perawatan setelah meninggal. Penerapan konsep
culturan dipengaruhi agama, tradisi yang
diwariskan secara turun-temurun, nilai, norma dan lain-lain.
3.2 Saran
Tugas ini diharapkan dapa tmembantu serta
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa mengenai gaya hidup,
status kesehatan fungsional, dan konsep penerapan kultur dalam daur hidup
manusia dan menambah
wawasan informasi mengenai pentingnya gaya hidup, status
kesehatanfungsional, dan konsep penerapan kultur dalam daur hidup manusia dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, M.M. and Boyle, J.S. (1995). Transcultural Concepts in
Nursing Care. 2nd Ed.
Philadelphia: J.B. Lippincot
Company, hal 1-131.
Aziz Alim Hidayat (2004). Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Lim Awim, Rabu, 17 Oktober 2007. Teori
dan Model Konseptual dalam Keperawatan,
Mediana
Dwiyanti, S.Kp, MSC (1998). Aplikasi Model Konseptual
Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar
Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing.
posted by Ayu Ristianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar