2.2 Pengertian
Dokumentasi Proses keperwatan
Tungpalan (1983) mengatakan bahwa
“Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hokum” sedangkan Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat
atau merekam peristiwa dan objek maupun
aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan
keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat
adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah member
asuhan kepada pasien. Dokumentasi
merupakan suatu informasi lengkap meliputi sattus kesehatan pasien, kebutuhan
pasien , kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang
diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperwatan mempunyai porsi yang besar
dari catatan klinis pasien yang mengimpormasikan factor tertentu atau situasi
yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat
sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi(interdisipliner) yang
dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta actual untuk
dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi asuhan keperwatan
merupakan bagian integral asuhankeperwatan yang dilaksanakan sesuai standar.
Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperwatan agar mampu
membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar.
Menurut Häyrinena (2010), asuhan
keperawatan merupakan hal sangat penting bagi seorang perawat. Kemampuan
pemberian pelayanan yang baik serta kemudian dapat secara efektif dapat
mengkomunikasikan tentang perawatan pasien tergantung pada seberapa baik
kualitas informasi yang diberikan serta dokumentasi yang disediakan untuk
dimanfaatkan oleh semua profesional kesehatan dan antar bidang pelayanan
kesehatan
Pengertian dokumentasi keperawatan
menurut Carpenito (1999), merupakan suatu rangkaian kegiatan yang rumit dan
sangat beragam serta memerlukan waktu yang cukup banyak dalam proses pembuatannya.
Perkiraan waktu pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan dapat mencapai 35-40
menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat melakukan pencatatan yang
berulang¬ulang atau duplikatif. Walaupun demikian, terkadang dokumentasi
keperawatan yang dihasilkan masih sering kurang berkualitas.
B. Pengertian Dokumentasi Keperawatan Menurut Ahli.
1. Kozier dan
ERB.
Metode
sistematis untuk mengidenfikasi masih klien, merencanakan, menimplementasi
strategi pemecahan masalah mengevaluasi efektifitas dari tindakan keperawatan
yang telah diberikan.
2. Ellis dan
Nowlis
Metode
pemecahan masih dalam askep yang telah diberikan meliputi 4 langkah :
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
3. Whole.
Sekelompok
tindakan yang dilakukan untuk menentukan, merencanakan, menginplementasi dan
mengevaluasi askep.
4. Jieger.
Proses
pemecahan masalah dan diterapkan untuk mengambil keputusan tentang askep pada
klien meliputi 5 langkah pengkajian, diagnosa, perencanaan, impelemntasi dan
evaluasi.
Kesimpulan : Dokumentasi keperawatan , proses keperawatan yang meliputi
:
·
Metode pemecahan masalah sistematis yang diterapkan
dalam askep.
·
Indentifikasi dalam pemecahan masalah kesehatan yang
dihadapi.
2.2 Tujuan dokumentasi keperawata
1. Sebagai sarana Komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap
dapat berguna untuk :
a.
Membantu koordinasi asuhan keperwatan yang diberikan
oleh tim kesehatan
b.
Mencegah informasi yang beryulang terhadap pasien atau
anggota tim kesehatan lain atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali
tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam
memberikan asuhan keperwatan pada pasien
c.
Membantu Tim keperwatan mengguanakan waktu
sebaik-baiknya
2. Sebagai Tanggung jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai
upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang
diterima dan perlindungan terhadap keamanan perwat dalam me;laksanakan tugasnya,
dilakukan terhadapo pasiem. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi
terhadap ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan
aspek hokum yang dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digun akan
untuk menjawab ketidakpusan terhadap pelayanan yang diterima secara hokum
3. Sebagai
Informasi statistik
Data
statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu merencanakan kebutuhan di
masa mendatang baik SDM, sarana,
prasarana dan nteknis.
4. Sebagai
sarana Penidikan
Dokumentasi
asuhan keperwatan yang dilaksanakan secara baik dan benar membantu para siswa
keperawatan maupun para siswa lain dalam prodses belajar mengajar untuk
mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya baik teori maupun praktik lapangan
5. Sebagai
Sumber Data Penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat
digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang
dilakukan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga melalui
penelitian dapat diciptakan suatu bentuk pelayanan keperwatan dan kebidanan
yang aman, efektif dan etis
6. Sebagai
jaminan Kualitas pelayanan kesehatan
Melalui
dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperwatan
yang diberikan berkkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakn
bagian dari pengembangan pelayanan
kersehatan. Suatu perbaikan yang tiadak dapat diwujudka tanpa
dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat
maupun tenga kesehatan lainnya audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan
suatu akreditasi pelayanan keperwatan dan mencpai standar yang ditetapkan.
7. Sebagai
sumber Data perencanaan Asuhan Keperwatan Berkelajutan \
Dengan
dokumentantasi akan didapatkan data yang actual dan konsisten mencangkup
seluruh kegiatan keperwatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses
keperwatan
2.3 Standar
Dokumentas
Standar diartrikan sebagai suatu model atau ukuran
terhadap sesuatu yang hampir sama. Model tersebut mencangkup kualitas
karakteristik, properties dan performen yang di harapkan dal suatu tindakan,
pelayanan dan seluruh komponen yang terlibat . Nilai suatu standar ditentukan
oleh adanya pemakaian konsistensi dan evaluasi. Standar Keperwatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
kualitas karakteristik, property, performa, yang diharapkan terhadap beberapa
aspek praktik keperwatan
Perawat memerlukan suatu standar
dokumentasi sebagai petunjuk dan arah terhadap penyimpangan dan teknik
pencatatan yang benar. Oley karena itu standar harus di pahami teman sejawat
dan tenaga kesehatan professional lainnya, termasuk tim akreditasi. Siapa saja
yang membutuhkan catatan keperwatan yang akurat dan informasi yang bermanfaat
mempunyai hak terhadap dokumentasi tersebut sesuai standar yang berlaku. Jika
standar dapat diobservasi perawt, pekerja, dan pasien akan dapat dihargai dan
dilindungi dar kesehatan ( misconduct)
Karakteriistik Standar Fisbach
(1991)
Karakteristik
umum bagi semua standar secara menyeluruh Karakteristik umum terhadap standar
keperawatan
1.
Dibentuk oleh penguasa
yang telah diakui
2.
Didasarkan pada
definisi keperawatan dan proses keperawatan yang sudah ditentukan
3.
Mendefinisikan suatu
tingkat kualitas atau pelaksanaan yang sesuai terhadap tujuan yang spesifik
4.
Diaplikasikan terhadap
semua perawat yang praktik dalam sistem pelayanan kesehatan
5.
Menjelaskan keamanan
minimum sikap praktik
6.
Petunjuk tindakan keperawatan
7.
Dinyatakan dengan
istilah yang rsional, jelas, dan mencakup secara luas
8.
Dapat dipertahankan dan promosi kesehatan yang
optimal
9.
Dipublikasikan untuk
perkembangan terhadap hal – hal yang perlu diperhatikan
10. Bahasanya
bermakna dan dimengerti oleh perawat yang melakukan standar tersebut
11. Dapat
diperoleh siapa saja yang memerlukan
Standar
Individual Profesional Accountability
Yaitu
menggambarkan tanggung jawab perawat dalam pendokumentasian praktik
keperawatan. Tanggung jawab untuk bekerja yang terbaik
dalam praktik keperawatan meliputi kegiatan dokumentasi yang independen dan
interdependen.
a.
Menberikan pelayanan
dengan menghargai klien sebagaio mahluk hidup
b.
Melindungi hak pasien
c.
Mempertahankan
kompetensi dalam tindakan keperawatan dan mengenal pasien serta menerima
tanggung jawab pribadi terhadap tindakannya
d.
Melindungi pasien jika
tindakan dan keselamatannya diakibatkan oleh orang lain yang tidak
kompeten, tidak etis dan ilegal
e.
Menggunakan kemampuan
individu sebagai kriteria untuk menerima tanggung jawab dan tugas limpah dalam
tindakan keperawatan kepada tenaga kesehatan lainnya
f.
Partisipasi dalam
kegiatan riset jika hak responden dilindungi
g.
Partisipasi dalam
kegiatan profesi keperawatan untuk meningkatkan standar praktik/pelayanan
keperawatan dan pendidikan
h.
Meningkatkan dan
mempertahankan kualitas keperawatan tenaga perawat lainnya dengan partisipasi
dalam kegiatan profesi
i.
Mempromosikan kesehatan
dengan bekerjasama dengan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya
j.
Menolak untuk
memberikan persetujuan untuk promosi atau menjual produk komersial, pelayanan
atau hiburan lainnya
2.
Lingkup Kegiatan
Independen
Tanggung jawab perawat yang independen
dalam kegiatan dokumentasi, meliputi ;
a.
Menjaga akurasi,
terhadap catatan pelayan keperawatan.
b.
Mencatat semua tindakan
keperawatan yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah resiko pasien dan
mempertahankan keselamatan pasien.
c.
Mencatat semua tindakan
keperawatan pasien/mencatat semua respon terhadap tindakan.
d.
Mencatat semua komponen
proses keperawatan sesuai dengan waktu pelaksanaannya.
3.
Lingkup Kegiatan
Interdependen
Kegiatan interdependen merupakan
aktivitas keperawatan yang dilakukan secara tim dengan profesi keesehatan
lainnya. Pengetahuan, ketrampilan dan focus praktik keperawatan merupakan
aktivitas yang interdependen. Selama kegiatan interdependen, perawat membuat
rencana keperawatan dengan anggota tim kesehatan lain (dokter, farmasi, ahli
gizi, fisiotherapis).
Kegiatan-kegiatan dokumentasi interdependen :
Kegiatan-kegiatan dokumentasi interdependen :
a.
Pengukuran tanda –
tanda vital
b.
Penghisapan secret
c.
Pengaturan posisi
d.
Informasi dari rekaman
cardiac
e.
Dll
Standar
Tanggung Jawab Profesi Keperawatan
Tanggung
jawab profesi keperawatan dalam pendokumentasian keperawatan, meliputi :
1.
Menggunakan standar
untuk pencatatan dan penyimpanan
2.
Memberikan masukan
sebagai suatu “code”
3.
Menggunakan
kebijaksanaan tenaga keperawatan untuk pencatatan
4.
Melaksanakan kegiatan
yang berhubungan dengan praktik keperawatan dan multidisiplin profesi
keperawatan
5.
Memprioritaskan masalah
dan kebutuhan klien
6.
Memenuhi permintaan
kelompok
Standar
Disusun oleh Pelayanan Kesehatan
Standar
Disusun oleh Pelayanan Kesehatan
Standarnya
adalah sebagai berikut :
a.
Isi setiap data masuk,
meliputi tanggal, waktu, aspek legal, judul dan identifikasi individu/perawat.
b.
Penggunaan singkatan
dan symbol yang disepakati
d.
Orang
yang berwenang untuk memasukkan data
e.
Prosedur untuk
pencatatan perintah verbal
f.
Tanggal pencatatan
g.
Akses terhadap
pencatatan klien
h.
Penggunaan formulir
standar
i.
Prosedur untuk
pencatatan tindakan pengobatan.
Contoh perbedaan standar kebijakan dan prosedur :
1.
Standar kebijaksanaan :
“Perawat akan menuliskan tindakan pengobatan dan akan menanda tangani pada bagian
tempat yang tersedia”
2.
Standar prosedur : Jika
ada kesalahan harus ditandai dengan dicoret pada kata yang salah, kemudian
ditulis kata yang benar.
Strategi
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Dokumentasi
pengkajian diajukan pada data klinik dimana perawat dapat mengumpulkan dan
mengorganisir dalam catatan kesehatan. Format pengkajian meliputi data dasar,
flow sheets, dan catatan perkembangan lainnya yang memungkinkan dapat sebagai
alat komunikasi bagi tenaga keperawatan atau kesehatan lainnya.
Petunjuk penulisan pengkajian :
Petunjuk penulisan pengkajian :
1. Gunakan
format yang sistematis untuk mencatat pengkajian, yang meliputi :
a. Riwayat
pasien masuk rumah sakit
b. Respon
klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan klien
c. Riwayat
pengobatan
d. Data
pasien rujukan, pulang, dan keuangan
2. Gunakan
format yang telah tersusun untuk pencatatan pengkajian
Pendekatan : Mayor Body, System Data Subyektif, Data Obyektif,
Sistem Respirasi, Sistem Cardiovascular, Sistem Persyarafan, Sistem Perkemihan Sistem Pencernan
Pendekatan : Mayor Body, System Data Subyektif, Data Obyektif,
Sistem Respirasi, Sistem Cardiovascular, Sistem Persyarafan, Sistem Perkemihan Sistem Pencernan
3. Kelompokkan
data – data berdasarkan model pendekatan yang digunakan
(seperti tabel di atas)
(seperti tabel di atas)
4. Tulis
data obyektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai, memasukkan pendapat
pribadi
5. Sertakan
pernyataan pendukung yang menyertakan interpretasi data obyektif
6. Jelaskan
observasi dan temuan secara sistematis, ermasuk definisi karakteristiknya
7. Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati
di instansinya
8. Tuliskan
secara jelas dan ringkas
Jenis
Penggunaan Penjelasan Format
1. General
Survey Untuk menentukan keadaan klien secara umum Mengkaji status mental klien,
perkembangan tubuh, aktiviras, status nutrisi, jenis kelamin dan ras, usia, postur
tubuh dan bicara klien
2. Pola
Fungsi Kesehatan Untuk menentukan respon individu: fisik, psikososial,
spiritual dan budaya Mengkaji status klien pada: persepsi kesehatan, manajemen
kesehatan, nutrisi, eliminasi, aktifitas, istirahat – tidur, kognitif, koping,
nilai /kepercayaan
3. ROS (Review of Body
System Untuk menentukan status fungsi system tubuh Mengkaji system tubuh secara
berutrutan, biasanya : head to toe, integument, kepala, respirasi,
cardiovascular, gastrointestinal, genitourinary, ginekologi, dll.
2.
Diagnosa Keperawatan
Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan
1. Pemakaian
PE dan PES (Problem, Etiologi, Sign/Symtoma) untuk format diagnosa actual,
kecuali jika petugas yang berbeda mengambil tindakan segera.
a. Yakinkan masalah penyebab utama dalam diagnosa sejalan dengan etiologi.mPenulisan masalah cukup ringkas mengikuti contoh tanpa merubah konsep
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhsn tubuh berhubungan dengan mual dn muntah
2. Kekurangan akan penambahan pemasukan nutrisi untuk kebutuhan bedrest
b. Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan spesifik dan hasil berbeda. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penekanan pada alokalisasi. Gangguan komunikasi, contohnya pasien CVA, tidak bias berbicara.
c. Jika penyebab tidak dapat ditentukan, menentukan problem dan dokumentasi yang tak dikenal etiologinya maka diagnisa keperawatan boleh dituliskan pernyataan komunikasi verbal untuk pasien yang tidak diketahui etiologinya.
2. Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi.
3. Pemakaian terminology tetap dengan diagnosa keperawatan dari karangan NANDA. Sehubungan dengan (diantara problem dan etiologi) dan dibandingkan dengan (diantara etiologi, sign, dan symptom) tergantung bahasa, jika masalah pasien tidak selesai menurut NANDA.
4. Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.
5. Mulai pernyataan diagnosa dengan mengubah redaksinya kedlam suatu keadaan diagnosa keperawatan.
6. Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian diperoleh dokumentasi bagian pengkajian pasien unuk menegakkan diagnosa keperawatan.
7. Hubungkan pada tiap – tiap diagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan laporan perubahan
8. Setiap pergantian jaga perawat, gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi
2.5.3 Rencana tindakan Keperawatan
Fokus dari perencanaan adalah untuk menyusun “blueprint” rencana tindakan dengan pendekatan penyelesaian masalah. Melalui proses ini, perawat memprioritaskan dan membuat daftar masalah klien yang memerlukan intervensi keperawatan, menyusun hasil – hasil yang diharapkan, dan mengelola kondisi klien yang perlu segera intervensi keperawatan.
Petunjuk dalam penulisan rencana keperawatan :
1. Sebelum menuliskan rencana tindakan keperawatan, kaji ulang semua data yang ada pada sumber data yang memuaskan.
2. Berikan prioritas utama pada masalah actual yang mengancam jiwa, yang dihubungkan dengan masalah yang mengancam kesehatan.
3. Untuk mempermudah dan bias dimengerti dalam membuat rencana tindakan, berilah gambaran dan ilustrasi bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawatan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.
4. Tuliskan dengan jelas, khusus, terukur, criteria hasil yang diharapkan untuk menetapkan masalah.
5. Selalu ditandatangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal penting karena seorang perawat professional akan bertanggung jawab dan tanggung gugat untuk melaksanakan rencana tindakan yang tertulis.
6. Mulai rencana tindakan dengan menggunakan “action verb”
a. Catat vital sign setiap pergantian dinas
b. Timbang BB setiap hari
c. Informasikan kepada klien alasan isolasi
2.5.4 Interfensi Keperawatan
1. Aktifitas
a. Melanjutkan pengkajian & mengumpulkan data
b. Melaksanakan Intervensi Keperawatan
c. Dokumentasi
d. Memberikan catatan secara verbal
e. Mempertahankan Ncp
2. CWIPAT
a. C = Cheek The Order And Equipment
b. W = Wash Your Hand
c. I = Identify The Patiens
d. P = Provide For Safety and Privacy
e. A = Assess The Problem
f. T = Tell The person Or Teach The Person About You’re Going To Do Do
3. Pengumpulan data secara terus menerus
4. Mencatat respon verbal
5. Dokumentasi
2.5.5 Evaluasi
1. Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocardinal infark): “Tidak ada dyspnea, “ ectopic beat, “ Klien tampak nyaman. Penilaian perawatan: “ toleransi aktifitas meningkat atau status cardiac stabil.”
2. Mengikuti dokumentasi intervensi perawatan dengan pernyataan evaluasi formatif yang menjelaskan respons cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur. Contohnya: “ Mengantuk setelah minum obat. Klien beristirahat dengan tenang ditempat tidur.” “ tidak ada tekanan setelah catheterisasi bladder: 300 ml urin jernih, kuning dan mengalir.”
3. Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindah ke fasilitas lain, atau dipulangkan. Contoh lain adalah rangkaian mingguan atau bulanan yang diperlukan dalam keadaan perawatan jangka panjang.
4. Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien. Hasil yang diharapkan: “ Bisa berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tanpa bantuan pada waktu pulang. Kemampuan berjalan sepanjang koridor 12/15/89.” Evaluasi sumatif, dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu berjalan, atau bantuan perawat, dapat naik turun 6 tangga tanpa bantuan; menghadiri lima sesiion terapi fisik dalam seminggu.”
5. Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan klien terhadap tujuan.
6. Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan mendokumentasikan respons perawat untuk mengubah kondisi klien.
a. Yakinkan masalah penyebab utama dalam diagnosa sejalan dengan etiologi.mPenulisan masalah cukup ringkas mengikuti contoh tanpa merubah konsep
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhsn tubuh berhubungan dengan mual dn muntah
2. Kekurangan akan penambahan pemasukan nutrisi untuk kebutuhan bedrest
b. Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan spesifik dan hasil berbeda. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penekanan pada alokalisasi. Gangguan komunikasi, contohnya pasien CVA, tidak bias berbicara.
c. Jika penyebab tidak dapat ditentukan, menentukan problem dan dokumentasi yang tak dikenal etiologinya maka diagnisa keperawatan boleh dituliskan pernyataan komunikasi verbal untuk pasien yang tidak diketahui etiologinya.
2. Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi.
3. Pemakaian terminology tetap dengan diagnosa keperawatan dari karangan NANDA. Sehubungan dengan (diantara problem dan etiologi) dan dibandingkan dengan (diantara etiologi, sign, dan symptom) tergantung bahasa, jika masalah pasien tidak selesai menurut NANDA.
4. Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.
5. Mulai pernyataan diagnosa dengan mengubah redaksinya kedlam suatu keadaan diagnosa keperawatan.
6. Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian diperoleh dokumentasi bagian pengkajian pasien unuk menegakkan diagnosa keperawatan.
7. Hubungkan pada tiap – tiap diagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan laporan perubahan
8. Setiap pergantian jaga perawat, gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi
2.5.3 Rencana tindakan Keperawatan
Fokus dari perencanaan adalah untuk menyusun “blueprint” rencana tindakan dengan pendekatan penyelesaian masalah. Melalui proses ini, perawat memprioritaskan dan membuat daftar masalah klien yang memerlukan intervensi keperawatan, menyusun hasil – hasil yang diharapkan, dan mengelola kondisi klien yang perlu segera intervensi keperawatan.
Petunjuk dalam penulisan rencana keperawatan :
1. Sebelum menuliskan rencana tindakan keperawatan, kaji ulang semua data yang ada pada sumber data yang memuaskan.
2. Berikan prioritas utama pada masalah actual yang mengancam jiwa, yang dihubungkan dengan masalah yang mengancam kesehatan.
3. Untuk mempermudah dan bias dimengerti dalam membuat rencana tindakan, berilah gambaran dan ilustrasi bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawatan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.
4. Tuliskan dengan jelas, khusus, terukur, criteria hasil yang diharapkan untuk menetapkan masalah.
5. Selalu ditandatangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal penting karena seorang perawat professional akan bertanggung jawab dan tanggung gugat untuk melaksanakan rencana tindakan yang tertulis.
6. Mulai rencana tindakan dengan menggunakan “action verb”
a. Catat vital sign setiap pergantian dinas
b. Timbang BB setiap hari
c. Informasikan kepada klien alasan isolasi
2.5.4 Interfensi Keperawatan
1. Aktifitas
a. Melanjutkan pengkajian & mengumpulkan data
b. Melaksanakan Intervensi Keperawatan
c. Dokumentasi
d. Memberikan catatan secara verbal
e. Mempertahankan Ncp
2. CWIPAT
a. C = Cheek The Order And Equipment
b. W = Wash Your Hand
c. I = Identify The Patiens
d. P = Provide For Safety and Privacy
e. A = Assess The Problem
f. T = Tell The person Or Teach The Person About You’re Going To Do Do
3. Pengumpulan data secara terus menerus
4. Mencatat respon verbal
5. Dokumentasi
2.5.5 Evaluasi
1. Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocardinal infark): “Tidak ada dyspnea, “ ectopic beat, “ Klien tampak nyaman. Penilaian perawatan: “ toleransi aktifitas meningkat atau status cardiac stabil.”
2. Mengikuti dokumentasi intervensi perawatan dengan pernyataan evaluasi formatif yang menjelaskan respons cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur. Contohnya: “ Mengantuk setelah minum obat. Klien beristirahat dengan tenang ditempat tidur.” “ tidak ada tekanan setelah catheterisasi bladder: 300 ml urin jernih, kuning dan mengalir.”
3. Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindah ke fasilitas lain, atau dipulangkan. Contoh lain adalah rangkaian mingguan atau bulanan yang diperlukan dalam keadaan perawatan jangka panjang.
4. Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien. Hasil yang diharapkan: “ Bisa berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tanpa bantuan pada waktu pulang. Kemampuan berjalan sepanjang koridor 12/15/89.” Evaluasi sumatif, dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu berjalan, atau bantuan perawat, dapat naik turun 6 tangga tanpa bantuan; menghadiri lima sesiion terapi fisik dalam seminggu.”
5. Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan klien terhadap tujuan.
6. Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan mendokumentasikan respons perawat untuk mengubah kondisi klien.
2.4 Teknik
Dokumentasi
Teknik dokumentasi
keperawatan merupakan cara menggunakan dokumentasi keperawatan dalam
penerapan proses keperawatan. Ada tiga teknik dokumentasi
yang sering digunakan:
a. SOR
(Source Oriented Record)
Adalah
tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kesehatan.
Dalam melksanakan tindakan mereka tidak tergantung dengan tim lainnya. Catatan ini cocok untuk pasien rawat inap.
Dalam melksanakan tindakan mereka tidak tergantung dengan tim lainnya. Catatan ini cocok untuk pasien rawat inap.
b.
Kardex
Teknik
dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat data penting tentang
klien dengan menggunakan ringkasan problem dan terapi klien yang digunakan pada
pasien rawat jalan.
c.
POR (Problem Oriented
Record)
POR
merupakan teknik efektif untuk mendokumentasikan system pelayanan keperawatan
yang berorientasi pada masalah klien. Teknik ini dapat digunakan untuk
mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide pemikiran anggota
tim mengenai problem klien secara jelas.
Sistem POR ini mempunyai 4 komponen:
1. Data dasar
2. Daftar masalah
3. Rencana awal
4. Catatan perkembangan
Sistem POR ini mempunyai 4 komponen:
1. Data dasar
2. Daftar masalah
3. Rencana awal
4. Catatan perkembangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar